Baru kemarin diberi kesempatan sama Allah bertemu dengan orang yang udah lama ingin ketemu. Kenal udah dari 2 tahun lalu yang tiap hari 'Haha-hihi', sekarang bertemu. Ya meskipun ada drama sedikit karena orangnya malu. Hehe.
Sambil melepas lelah dan menunggu teman yang sedang sholat, kami duduk berdua menikmati kerlap-kerlip lampu rektorat dan danau UI.
"Dik, sebenernya apa yang buat kamu jadi bisa move on? Aku aja kadang masih suka keinget sama yang dulu."
Dalam hati, sejujurnya masih ada setitik "rapuh" yang tersimpan jikalau pembahasan itu dibuka.
Masih melihat damainya air danau UI dan langit senja yang kuning, "Apa yang diimpikan nggak selalu jadi nyata, Kak. Hari ini mungkin ada sedikit sesal, tapi insyallah lambat laun akan indah pada waktunya."
Semua ada proses, semua perlu waktu untuk memahami takdir yang telah Allah beri. Seperti kupu-kupu dan pelangi.
"Aku bahkan sampai mau nangis pas baca tulisan kamu di line. Apa yang kamu tulis ngerasa banget. Ya... meskipun aku gagal dan nggak pernah ngerasain itu, aku paham," ucapnya sambil tersenyum.
"Satu hal yang bikin aku balik ke titik awal, Kak. Melihat orang lain yang bahkan jauh lebih men"derita" dari aku, namun orang itu paham bahwa apa yang telah menjadi keputusan Allah itulah yang terbaik. Manusia boleh merencanakan tapi Allah yang menentukan, karena Allah tau apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan."
"Tapi ikhlas kan ya, Dik? Aku bahkan sampai sekarang masih suka keinget sama dulu kalau lihat temen aku yang masih memperjuangkan mimpinya."
"Insyallah, Kak. Udah ah kak, takdir Allah selalu baik, Insyallah."
Hening, hanya gemericik air yang sesekali terdengar dan langit yang mulai menghitam karena malam yang mulai datang.
Orang-orang mulai keluar satu-per satu dari masjid, kemudian kami memisahkan diri di stasiun pondok cina.
Lalat pun tahu bahwa Allah selalu menyeimbangkan antara obat dan racun dalam sayapnya. Lantas mengapa manusia terkadang lalai?
Ada sedih, ada tawa. Ada hasil, ada gagal. Ada sesal, ada untung.
Semua seimbang dalam porsi masing-masing. (Sekali lagi) Allah tahu apa yang kamu tidak tahu.
note, sekelumit percakapan lainnya :
"Nisa kalau di group kalem, tapi kalau udah ketemu rame juga."
"Dik, masa ya kalau aku lihat muka kamu masih keinget ITB," wkwk
"Ayo main lagi, mau ketemu lagi."
"Masa ya, Dik, waktu kita coment, si Ira langsung nge chat, 'Wir, itu si Nisa beneran?'."
"Kupikir kamu bakal ngomong medok, Nis. Ternyata biasa aja."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dua Ribu Dua Puluh, Ya?
2020? Cepat banget sudah 2020, artinya tahun ini jadi tahun terakhir sebelum official dapat tambahan gelar baru di belakang nama. Tiga t...
-
Udah lama nggak nge-Blog lagi. Tulisan pertama di semester 3, semoga semakin konsisten lagi buat nulis-nulis nggak jelas yang kadang suka n...
-
"Kalo lo ingin dihargai sama orang lain, maka lo harus menghargai diri lo sendiri!" Entah kenapa, gue ke triggered dengan kalima...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar